20130924 paksa, rayu

Aku tak benar-benar memahami dengan kata: memaksa.

Kapan kata tersebut digunakan dengan tepat?

Awalnya aku tak tahu apa itu paria. Ya, makanan yang pahit itu, kini aku menyukainya. Tapi, bukan sukanya itu yang jadi persoalan. Sebab butuh beberapa waktu hingga akhirnya aku memutuskan menyukai paria.
Benarkah ada suatu paksaan oleh diriku sendiri untuk terus memakan itu, hingga akhirnya aku menyukai paria?

Dulu aku tak suka membaca buku, jaman SD! Jaman di mana aku harus belajar membaca. Orang tuaku memaksa diriku untuk belajar membaca, guru-guruku pun bertindak seperti itu. Dengan segala cara, baik rayuan bahkan sampai marah-marah.
Tapi kini, aku memutuskan bahwa diriku suka membaca.
Apa yang membuat keputusan itu berubah? Apakah paksaan membuat diriku yang pada akhirnya akan menikmatinya?

Tapi saat ini, aku tak suka dengan kata: memaksa. Sekalipun dari kata itu membuat diriku menyukai; membaca.

Atau, apakah aku benar-benar menyukai membaca? Apakah sebenarnya aku memaksa diriku untuk suka membaca hanya karena kebutuhan?

Oh, Tuhan..

Semoga Tuhan memaksa diriku untuk perihal yang baik-baik saja.

Lalu, bagaimana dengan kata: merayu?
Sejauh ini, rayuan banyak menguntungkan diriku. Kenapa tidak! Dengan rayuan, aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku merayu orangtuaku untuk belikan sepatu, aku mendapatkannya. Aku merayu adikku untuk menjemput diriku, aku dijemputnya. Aku merayu guruku untuk dapatkan pr sedikit, aku mendapatkannya. Rayuan menguntungkanku.

Tapi, mengapa saat ini ada yang janggal dengan kata: rayuan? Aku menyukai kata ini, awalnya. Namun sekarang, aku meragukan untuk suka kata itu.
Aku kira selama ini, Tuhan tak pernah merayuku. Iya, kukira Tuhan tidak merayuku untuk beribadah. Justru, yang jahatlah yang selalu menggunakan rayuan, kukira.

Hah.
Jadi selama ini aku?! Zzzz

Tinggalkan komentar